Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Tulang Bawang - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia

 


Perkembangan agama Hindu-Buddha selama beradab-abad di Indonesia telah meninggalkan berbagai peninggalan, seperti sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu bentuk peninggalan sistem politik masa penyebaran agama Hindu-Buddha adalah berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Buddha. Agar Anda mampu mengidentifikasi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, cermatilah materi berikut ini.

12. Kerajaan Tulang Bawang 

Diduga sebelum Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan besar, di wilayah ujung Pulau Sumatera bagian selatan telah berdiri kerajaan bercorak Hindu yang kemudian disebut Kerajaan Bawang atau Tulang Bawang (nama sesungguhnya belum diketahui). Diduga Kerajaan Tulang Bawang memerintah pada sekitar abad ke-4 atau ke-5 M, tetapi tidak sedikit pula yang menduga memerintah pada abad ke-5 atau ke-6 M.

Bekas pusat pemerintahan Kerajaan Tulang Bawang berada di sekitar Way Tulang Bawang, Pedukuhan, di seberang Kampung Pagar dewa,Tulang Bawang Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Itu sebabnya untuk memudahkan penyebutannya maka kerajaan tersebut dinamakan Kerajaan Tulang Bawang.

Ahli sejarah Dr. J.W. Naar Ding memperkirakan pusat kerajaan ini di hulu Sungai Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) yang jaraknya kurang lebih sekitar 20 km dari pusat Kota Menggala.

Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan Kerajaan Tulang Bawang, catatan musafir dari mancanegara berikut bisa dipakai sebagai rujukan.

a. Catatan dari Fa Hien dan I Tsing. Fa Hien pendeta Buddha dari Tiongkok pada pertengahan abad ke-4, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrgse (Pulau Emas Sumatra).

b. Catatan dan Tome Pires. Sumber lain tentang Tulang Bawang didapat dari Tome Pires (penjelajah Portugis) yang pernah melakukan pelayaran mencari rempah-rempah ke Nusantara pada tahun 1512-1515. Dalam berita yang is tulis Tom Pires juga menyebut-nyebut tentang Tulang Bawang, namun tidak begitu banyak juga yang dapat dianalisis.

Minimnya bukti-bukti tentang Kerajaan Tulang Bawang menyebabkan kesulitan untuk menganalisis tentang kehidupan politik (mulai terbentuknya, raja yang memerintah, aktivitasnya, dan lain sebagainya).

Wilayah kerajaan yang berdiri di sekitar lembah sungai, umumnya tanahnya subur sehingga kegiatan pertanian yang menjadi andalannya. Namun demikian, sungai besar yang dapat dilayari pada saat itu hingga bermuara ke laut juga dapat menunjang kehidupan perdagangan. Apalagi wilayah Lampung sudah sejak dahulu terkenal dengan lada, emas, dan damar. Bahkan, barang tersebut yang menyebabkan Sriwijaya menaklukkan Lampung. Penduduk Tulang Bawang termasuk berbudaya tinggi karena mampu menguasai teknik pengecoran logam (besi) dan menempanya menjadi berbagai macam alat pertanian dan persenjataan. Penduduk Tulang Bawang umumnya menganut agama Hindu. Bentuk pengaruh itu masih terasa sampai sekarang meskipun Buddha juga sempat masuk ketika Sriwijaya menaklukkan Lampung, pengaruh Hindu tersebut masih terlihat ketika dilaksanakan upacara pernikahan, membuat rumah, dan membuka ladang.

Pada tahun 686, Sriwijaya telah berkembang menjadi kerajaan maritim besar. Kerajaan tersebut telah mengirimkan ekspedisi untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang sudah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya atau dapat  dikatakan daerah ini tidak berperan lagi di sepanjang pantai timur Lampung. Peninggalan  yang menunjukkan bahwa Lampung berada di bawah pengaruh Kerajaan Sriwijaya adalah  dengan ditemukannya Prasasti Palas Pasemah dan Prasasti Batu Bedil di daerah Tanggamus merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

 

Post a Comment for "Kerajaan Tulang Bawang - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia"