Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Islam di Sumatera

B. Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia memunculkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Kerajaan. kerajaan tersebut muncul sebagai kekuatan politik, ekonomi, dan budaya yang menggantikan kedudukan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia? Untuk mengetahui jawabannya, perhatikan penjelasan berikut.

1. Kerajaan Islam di Pulau Sumatra 

Pulau Sumatra menjadi pintu masuknya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia. Kondisi ini tidak lepas dan letak strategis Pulau Sumatra yang menghadap langsung jalur perdagangan dunia, baik jalur yang melewati Samudra Hindia maupun Selat Malaka. Selain itu, perkembangan awal Islam di Pulau Sumatra dibuktikan dengan banyaknya kerajaan bercorak Islam di wilayah ini. Beberapa kerajaan bercorak Islam di Pulau Sumatra sebagai berikut. 

a. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak diperkirakan sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Bukti tertulis mengenai Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam tertua di Kepulauan Indonesia terdapat dalam berita Marco Polo yang pernah singgah di Perlak pada 1291. Dalam catatan tersebut, Marco Polo menyebutkan pada masa itu penduduk Perlak sudah memeluk Islam. Berdasarkan berita tersebut, beberapa ahli memperkirakan Perlak sebagai kerajaan tertua di wilayah Kepulauan Indonesia. 


1) Kondisi Geografis

Coba amati peta pada gambar 2.6 dan temukan wilayah Kerajaan Perlak!
Kerajaan Perlak terletak di Sumatra bagian utara, tepatnya saat ini wilayah tersebut termasuk wilayah administratif Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Secara geografis, wilayah Perlak langsung berhadapan dengan Selat Malaka. Kondisi tersebut mendorong Kerajaan Perlak berkembang menjadi pusat perdagangan maritim. Pelabuhan Perlak disinggahi banyak kapal dagang dari Arab, Gujarat, dan Persia. Para pedagang dari daerah-daerah tersebut berperan penting dalam Islamisasi di Indonesia, termasuk Perlak. 

2) Kehidupan Politik

Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah pada 840. Tampuk pemerintahan dilanjutkan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah pada 864-888. Dalam perkembangannya, kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti.

3) Kehidupan Ekonomi 

Kerajaan Perlak terletak di pesisir utara Pulau Sumatra. Oleh karena itu, sektor perekonomian kerajaan bertumpu pada kegiatan perdagangan. Masyarakat Perlak menjalin hubungan perdagangan dengan para pedagang dari berbagai bangsa seperti Arab, Persia, dan India. Sebagian besar komoditas yang diperdagangkan oleh masyarakat Perlak berupa hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Dari sektor pertanian dan perkebunan, Perlak menghasilkan komoditas padi, kelapa, dan palawija. Sementara itu, sektor kehutanan Perlak menghasilkan kayu berkualitas untuk membuat kapal dan bangunan.

4) Kehidupan Agama 

Masyarakat Kerajaan Perlak menganut aliran Syiah dan Suni. Pada 986 Masehi Kerajaan Perlak terpecah menjadi dua wilayah karena perbedaan aliran tersebut. Wilayah Perlak bagian pesisir beraliran Syiah, sedangkan wilayah Perlak bagian pedalaman beraliran Suni. Akan tetapi, pada 988 Masehi Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023) berhasil mempersatukan kembali wilayah Kerajaan Perlak.

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

Masyarakat muslim di Kerajaan Perlak hidup berdampingan dengan masyarakat yang masih memeluk agama Hindu-Buddha. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat muslim di Perlak sudah melaksanakan syariat Islam (hukum Islam) yang bersumber pada Al-Qur'an dan hadis. Sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah Indonesia, kemajuan budaya Kerajaan Perlak ditandai dengan keberadaan karya sastra bercorak Islam. Contoh karya sastra yang dihasilkan Kerajaan Perlak yaitu kitab ldharul Hag fi Mamlakatil Peureulak karya Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy.

b. Kerajaan Samudera Pasai 

Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pasai. Kerajaan Samudera Pasai diperkirakan mulai berkembang pada 1270-1275 atau sekitar pertengahan abad XIII Masehi. Kehidupan politik, ekonomi, agama, sosial dan budaya di Kerajaan Samudera Pasai dapat dijelaskan sebagai berikut,

1) Kondisi Geografis 

Perhatikan peta letak Kerajaan Samudera Pasai pada gambar 2.7! Letak Kerajaan Samudera Pasai diperkirakan berada sekitar 15 km di sebelah timur Lhokseumawe, Aceh. Perkembangan Kerajaan Samudera Pasai tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pelayaran dan perdagangan internasional yang sudah ada sejak abad pertama Masehi.



Selain kondisi geografis yang strategis, kondisi tanah yang subur turut mendukung kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Kondisi tanah yang subur tidak dapat dipisahkan dari keberadaan dua sungai besar yang mengapit wilayah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai. Kedua sungal tersebut yaitu Sungai Peusangan dan Sungal Pasai. Kedua sungai Ini berhulu di Dataran Tinggi Gayo, Wilayah Kerajaan Samudera Pasai yang sangat subur cocok digunakan sebagai areal pertanian dan perkebunan.

2) Kehidupan Politik

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu atau lebih dikenal dengan nama Sultan Malik as-Saleh. la memerintah Samudera Pasai pada 1285-1297. Di bawah kepemimpinan Sultan Malik as-Saleh, Kerajaan Samudera Pasai berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat di kawasan Selat Malaka. Selain itu, Sultan Malik as-Saleh menjalin hubungan diplornatik dengan Kerajaan Perlak. la menikahi putri Raja Perlak hernama Putri Ganggang Sari.
Sepeninggal Sultan Malik as-Saleh, Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Sultan Malik az-Zahir memerintah Samudera Pasai pada 1297-1326. Pada masa pemerintahan Sultan Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai. Sepeninggal Sultan Malik az-Zahir, tampuk kekuasaan Samudera Pasai diduduki oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1348).
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit. Serangan tersebut menyebabkan Sultan Mahmud Malik az-Zahir melarikan diri dari ibu kota kerajaan. Untuk beberapa waktu Samudera Pasai berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada 1383 di bawah pimpinan Sultan Zain Abidin Malik az-Zahir, Kerajaan Samudera Pasai berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Majapahit. Sultan Zain Abidin Malik az-Zahir menjalankan pemerintahan di Kerajaan Samudera Pasai hingga 1405.

3) Kehidupan Ekonomi

Kegiatan perekonomian Samudera Pasai tidak terlepas dari kondisi geografis wilayahnya. Letak strategis di wilayah pesisir menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai mengembangkan kegiatan perekonomian berbasis perdagangan laut. Kondisi ini menyebabkan banyak pedagang asing dari Jawa, India, Timur Tengah, dan Tiongkok singgah di pelabuhan Pasai. Komoditas perdagangan dari Samudera Pasai antara lain lada, sutra, kapur barus, dan emas.




Untuk memperlancar aktivitas perdagangan, pemerintah Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang dinamakan deureuham (dirham) sebagai alat tukar atau alat pembayaran resmi. Mata uang ini terbuat dari 70% emas murni dengan berat 0,60 gram, berdiameter 10 mm, dan mutu 17 karat.

Selain perdagangan, masyarakat Samudera Pasai mengembangkan kegiatan pertanian. Mereka menanam padi untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok. Mereka menanam padi di ladang dengan masa panen dua kali setahun. 

4) Kehidupan Agama

Berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo dan Ibnu Batutah, sebagian besar penduduk Samudera Pasai memeluk Islam dan menganut mazhab Syafi'i. Sementara itu, dalam Hikayat Patani dijelaskan seorang ulama dari Samudera Pasai mengislamkan Raja Patani (Thailand Selatan) yang bernama Paya Tu Naqpa. Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai mendirikan masjid untuk penduduk Patani. Kerajaan Samudera Pasai juga mengirim para ulamanya untuk berdakwah di Jawa. Salah satu ulama tersebut adalah Fatahillah yang dalam perkembangannya menjadi panglima di Demak dan penguasa di Cirebon. 

5) Kehidupan Sosial dan Budaya

Kehidupan sosial budaya masyarakat Samudera Pasai diatur berdasarkan hukum Islam. Oleh karena itu, kehidupan sosial budaya masyarakat Samudera Pasai memiliki kesamaan dengan masyarakat Arab. Kemiripan antara kehidupan masyarakat Aceh dan masyarakat Arab menyebabkan Samudera Pasai dijuluki Serambi Mekah. Pengaruh Islam dalam bidang budaya di Samudera Pasai juga terlihat dari nisan makam raja-raja Samudera Pasai yang dihiasi syair-syair bernuansa Islam, salah satunya nisan makam Sultan Malik as-Saleh. Nisan makam ini menjadi sumber sejarah untuk mengungkap perkembangan Islam di wilayah Sumatra bagian utara.

c. Kerajaan Aceh Darussalam 
 
Salah satu peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam yang masih dapat disaksikan hingga kini adalah masjid raya Baiturrahman di Banda Aceh pada gambar 2.9.



Kerajaan Aceh Darussalam awalnya merupakan bagian Kesultanan Pidie. Pada 1496 seorang bangsawan Pidie bernama Sultan Ali Mughayat Syah memilih mendirikan kerajaan baru di bekas wilayah Kesultanan Lamuri. Kerajaan tersebut bernama Kerajaan Aceh Darussalam. Setelah berkembang menjadi kerajaan besar, Aceh Darussalam menaklukkan Kesultanan Pidie dan beberapa kerajaan kecil di Sumatra bagian utara. Sejak saat itu Kerajaan Aceh Darussalam memulai peran sebagai kekuatan baru di wilayah Sumatra bagian utara. 

d. Kerajaan Islam di Riau

Semula wilayah Riau berada di bawah kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka. Islamisasi di wilayah Riau makin berkemhang saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Malaka. Berdasarkan catatan Tome Pires, pada abad XII-XIV berkembang tiga kerajaan bercorak Islam di Riau, yaitu Siak, Kampar, dan Indragiri. Ketiga kerajaan tersebut menyerahkan upeti kepada Kerajaan Malaka secara periodik.
Setelah kekuasaan Kerajaan Malaka melemah, kerajaan-kerajaan di wilayah Riau tersebut berkembang sebagai kekuasaan otonom.

e. Kerajaan Islam di Jambi

Berdasarkan bukti-bukti arkeologis, Islam diperkirakan masuk di Jambi pada abad IX-X. Akan tetapi, pada masa itu islamisasi masih terbatas. Islam baru berkembang pesat di Jambi pada abad XIII. Perkembangan Islam di Jambi mencapai puncak pada abad XVI yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Jambi. Tidak hanya sebagai pusat politik, Kerajaan Jambi juga berkembang menjadi salah satu pelabuhan kaya di Pulau Sumatra. 

Post a Comment for "Kerajaan Islam di Sumatera"