Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Majapahit - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia

 


Perkembangan agama Hindu-Buddha selama beradab-abad di Indonesia telah meninggalkan berbagai peninggalan, seperti sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu bentuk peninggalan sistem politik masa penyebaran agama Hindu-Buddha adalah berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Buddha. Agar Anda mampu mengidentifikasi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, cermatilah materi berikut ini.

11. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan puncak kejayaan dari peradaban Hindu-Buddha yang pernah hidup di Indonesia. Kerajaan Majapahit disebut sebagai Negara Nasional Indonesia Kedua. Hal tersebut disebabkan oleh upaya yang besar dari kerajaan ini untuk mewujudkan suatu cita-cita, yaitu penyatuan Nusantara. Dalam perjalanan sejarah, upaya integrasi wilayah Nusantara memang tidak sepenuhnya berlangsung dengan mulus dan dilakukan dengan cara kesatria. Peristiwa Bubat yang disusul dengan perpecahan internal di dalam tubuh Majapahit sendiri menyebabkan cita-cita penyatuan tidak sepenuhnya dapat dilakukan.

a. Lokasi Kerajaan 

Kerajaan Majapahit terletak di sekitar Sungai Brantas dengan pusatnya di daerah Mojokerto (dahulu kawasan Hutan Tarik). Hutan pemberian Jayakatwang (Raja Kediri) atas usul Adipati Sumenep, Arya Wiraraja yang melindungi R. Wijaya setelah berhasil melarikan diri dari serangan Jayakatwang. Ibu Kota Majapahit berada di Trowulan atau sering disebut Wilwatikta. Pada masa pemerintahan Singhawikramawardhana ibu kota kerajaan dipindahkan lebih jauh ke pedalaman, yaitu di Daha.

b. Sumber Sejarah 

Terdapat beragam sumber sejarah tentang Kerajaan Majapahit sebagai berikut.

1) Prasasti 

Prasasti hasil peninggalan zaman Majapahit umumnya ditulis dengan rapi. Prasasti peninggalan Majapahit, misalnya prasasti Butak (1294 M), prasasti Suka Merta (1296 M) dan prasasti Balawi (1305 M), prasasti Waringin Pitu (1447M), prasasti Canggu (1358 M), prasasti Karang Bogem (1387 M), prasasti Katiden I (1392 M), prasasti Alasantan (939 M), prasasti Kamban 941 M), prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M), prasasti Wurare (1289 M), prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M), dan prasasti Canggu (Trowulan I).

2) Kitab Sastra 

Pada zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi menjadi zaman Majapahit Awal dan Majapahit Akhir.

a) Zaman Majapahit Awal 

Kitab sastra yang muncul pada zaman Majapahit Awal, di antaranya kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca, kitab Sota Soma karangan Empu Tantular, kitab Arjuna Wijaya karangan Empu Tantular, kitab Kunjarakarna (tidak diketahui pengarangnya), dan kitab Parthayajna (tidak diketahui pengarangnya).

b) Zaman Majapahit Akhir 

Hasil karya sastra Majapahit akhir ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan ada pula yang berbentuk gancaran (prosa). Contoh kitab sastra yang muncul pada Majapahit akhir adalah kitab Pararaton, kitab Sudayana, kitab Sorandakan, kitab Ranggalawe, kitab Panji Wijayakrama, kitab Usana Jawa, Tantu Panggelaran, dan kitab Calon Arang.

3) Candi 

Candi hasil peninggalan Majapahit sangat banyak dan hampir tersebar merata di Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Candi-candi peninggalan Majapahit, di antaranya Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Pad, Candi Jabung, Gapura Wringin Lawang, Gapura Bajang Ratu, Candi Brahu, Candi Tikus, Candi Surawana, dan Candi Wringin Bajang.

4) Berita dari mancanegara 

Berita mancanegara yang dimaksud berasal dari Tiongkok, Italia, dan Portugis.

c. Faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit

Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar antara lain sebagai berikut.

1) Letak Majapahit secara geografis sangat strategis, yaitu di tengah-tengah wilayah Indonesia sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan Indonesia, baik secara politik maupun ekonomi. 

2) Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari sehingga hubungan dengan dunia luar sangat mudah. 

3) Tanah subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil pertanian utamanya beras dan kacang-kacangan. 

4) Sebelum Majapahit, telah ada kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya, khususnya Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan pelaksanaan sebagian telah dilakukan. 

5) Munculnya tokoh-tokoh kerajaan, seperti Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada yang melaksanakan gagasan Nusantara dengan “Sumpah Palapa”nya. 

6) Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah semakin lemah setelah serangan Cholamandala, sedangkan Kediri akibat siasat yang dilakukan oleh Raden Wijaya. 

7) Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi perintang. Kerajaan Cholamandala di India dan dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar besarnya meninggal.

Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan kerajaan Majapahit.

a. Kehidupan politik 

Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit mencerminkan adanya kekuasaan yang bersifat teritorial dan sentralisasi. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa yang memegang kekuasaan bersifat politik, sehingga dengan sendirinya raja menempati struktur pemerintahan tertinggi di kerajaan. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Majapahit antara lain sebagai berikut.

1) Raden Wijaya (1293-1309 M) 

Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit pertama pada tahun 1293 M dengan gelar Kertarajasa. Pada masa pemerintahan Raden Wijaya banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan yang disebabkan karena rasa tidak puas atas jabatan yang diberikan oleh raja. Pemberontakan tersebut dilakukan oleh teman Raden Wijaya sendiri, seperti Lembu Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Akan tetapi, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada pada tahun 1309 M dan didermakan di Simping (Blitar) dengan Area Siwa dan Antah Pura, Trowulan (Candi Buddha), dengan arca perwujudannya berbentuk Harihara (penjelmaan Wisnu dan Siwa menyatu dalam satu arca).

2) Sri Jayanegara (1309-1350 M) 

Setelah Raden Wijaya meninggal digantikan putranya yang bernama Kala Gemet dengan gelar Sri Jayanegara. Pada pemerintahan Jayanegara juga terjadi banyak pemberontakan-pemberontakan, seperti yang dilakukan oleh Nambi, Semi, Kuti. Pada masa masa ini terjadi Pantanca, yaitu musibah yang  mengejutkan terjadi pada tahun 1328, Raja Jayanegara dibunuh oleh Tanca (seorang tabib kerajaan), yang kemudian Tanca dibunuh oleh Gajah Mada.

3) Raja Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M) 

Pada pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi juga terjadi pemberontakan Sadeng, namun dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Berkat jasa dan kecakapannya, gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewahan sebelum Nusantara disatukan dalam panji Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1374 M, Tribhuwana Tunggadewi meninggal dan didarmakan di Panggih dengan naa Pantarapurwa.

4) Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M)

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kejayaan atau kebesaran, wilayah kekuasaannya hampir seluas wilayah Indonesia sekarang. Pada masa ini terjadi peristiwa Bubat (Perang Bubat), yaitu peristiwa yang perselisihan antara Gajah Mada dan Raja Pajajaran, sehingga memicu pertempuran yang menyebabkan terbunuhnya Raja Pajajaran dan putrinya, Dyah Pitaloka. Dari peristiwa tersebut, politik Gajah Mada mengalami kegagalan. Dengan adanya perang Bubat belum berarti bahwa Pajajaran sudah tunduk pada Majapahit, bahkan Pajajaran terus berkembang dan secara terpisah dari Kerajaan Majapahit. Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 M.

5) Raja Wikramawardhana 

Setelah Raja Hayam Wuruk meninggal, digantikan oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Pada pemerintahan Wikramawardhana terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Wirabhumi, yaitu putra Hayam Wuruk dari selir. Pada akhirnya Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut mengakibatkan lemahnya kekuasaan Majapahit.

b. Kehidupan ekonomi 

Perekonomian Majapahit bertumpu pada bidang pertanian, perdagangan, dan pelayaran. Ini bisa disimpulkan dari wilayah kekuasaan Majapahit yang meliputi Nusantara bahkan Asia Tenggara. Barang utama yang diperdagangkan, antara lain rempah-rempah, beras, gading, timah, besi, intan, dan kayu cendana. Sejumlah pelabuhan terpenting pada masa itu adalah Hujung Galuh, Tuban, dan Gresik. Majapahit memegang dua peranan penting dalam dunia perdagangan. Pertama, Majapahit sebagai kerajaan produsen yang menghasilkan barang-barang yang laku di pasaran. Hal ini' bisa dilihat dari wilayah Majapahit yang demikian luas dan meliputi daerah-daerah yang subur. Kedua, peranan Majapahit sebagai perantara dalam membawa hasil bumi dari daerah satu ke daerah yang lain.

c. Kehidupan budaya 

Tingkat kebudayaan masyarakat Majapahit sangat tinggi. Perhatian raja juga sangat tinggi pada bidang budaya. Hal itu terbukti dari banyaknya peninggalan pada masa Majapahit yang berbentuk fisik yang sebagian masih dapat dinikmati sampai sekarang. Walaupun bata merah telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahit lah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah pohon anggur dan gula merah sebagai perekat batanya.

Di bidang sastra pada masa Majapahit mendapat perhatian besar. Itu sebabnya peninggalan Majapahit dalam bidang seni sastra juga cukup banyak. Selain kitab-kitab yang telah disebutkan pada uraian materi sebelumnya, juga kitab-kitab yang lain, seperti kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Empu Tantular, kitab Ranggalawe, kitab Sorondaka yang berbentuk kidung dan juga ada kitab hukum yang ditulis oleh Gajah Mada, yaitu  kitab Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum Majapahit. Kutaramanawa disusun berdasarkan kitab Hindu yang lebih tua, yaitu kitab Kutarasastra dan Manawasastra.

d. Keruntuhan Kerajaan Majapahit 

Perkembangan Kerajaan Majapahit yang mencapai puncaknya pada abad ke-14, akhirnya mulai mengalami proses kemunduran setelah Gajah Mada meninggal pada tahun 1364 M, kemudian disusul meninggalnya Hayam Wuruk pada tahun 1389 M. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Majapahit sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

1) Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal. 

2) Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa  modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan. 

3) Terjadinya perang saudara, di antaranya Perang Paregreg (1401-1406 M) yang dilakukan oleh Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478 M). 

4) Masuknya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri di Jawa Timur menimbulkan kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Banyak bupati di wilayah pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan Majapahit.

 

Post a Comment for "Kerajaan Majapahit - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia"