Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Sriwijaya - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia

 


Perkembangan agama Hindu-Buddha selama beradab-abad di Indonesia telah meninggalkan berbagai peninggalan, seperti sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu bentuk peninggalan sistem politik masa penyebaran agama Hindu-Buddha adalah berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Buddha. Agar Anda mampu mengidentifikasi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, cermatilah materi berikut ini.

4. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan barat Nusantara sejak abad 7 hingga 15 M. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya banyak diungkap melalui beragam prasasti dan berita. Misalnya, Prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang ditemukan di tepi Sungai Talang.

a. Kehidupan politik 

Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin luas ketika berhasil mengembangkan politik ekspansinya. Sasarannya adalah daerah-daerah yang strategis bagi dunia perdagangan. Perluasan wilayah kekuasaan ini tertulis di dalam prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan, beberapa sumber Cina juga menyebutkan keberhasilan Kerajaan Sriwijaya di dalam memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaka. Tidak aneh apabila Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai negara antarnusa. Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui kerajaan Sriwijaya adalah enam prasasti yang ditemukan di Sumatra Selatan dan satu di Pulau Bangka. Prasasti-prasasti tersebut antara lain:

1) Prasasti Kedukan Bukit (683 M), isinya tentang perjalanan suci (Sidhayatra) Dapunta Hyang, dengan membawa 20.000 tentara berangkat dari Minanga Tamwan. 

2) Prasasti Talang Tuo (684 M), isinya tentang pembuatan taman Srikestra untuk kemakmuran rakyat atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. 

3) Prasasti Kota Kapur (686 M), isinya berupa hukuman kepada yang memberontak dan usaha Sriwijaya menaklukkan Bumi Jawa.

4) Prasasti Telaga Batu (683 M), isinya tentang jabatan raja.Prasasti Telaga Batu (683 M), isinya tentang jabatan raja. 

5) Prasasti Ligor (775 M), di Tanah Genting Kra (Malaysia), isinya menyebut nama Sriwijaya dan Syailendra dengan rajanya Wisnu. 

6) Prasasti Palas Pasemah, berisi penguasaan daerah Lampung dan kutukan bagi yang berbuat jahat. 

7) Prasasti Karang Berahi.

b. Kehidupan sosial-ekonomi

Sriwijaya berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara sehingga menguasai perdagangan nasional dan internasional. Hal ini didukung letaknya yang strategis di jalur perdagangan India-Cina. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangannya sebagai kerajaan maritim sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan, dan melakukan aktivitas perdagangan. Sriwijaya sebagai pusat perdagangan mendapatkan keuntungan yang besar dari aktivitas itu. Sriwijaya menjual barang-barang produksinya, seperti emas, perak, gading, penyu, kemenyan, kapur barus, lada, dan damar. Para pedagang asing dapat menukarnya dengan aneka porselin, kain katun, dan sutra.

Kemajuan pesat dari Kerajaan Sriwijaya selain karena rajanya cakap, gagah berani, dan bijaksana juga didukung oleh faktor yang menguntungkan. Faktor-faktor itu, antara lain sebagai berikut.

1) Letaknya strategis berada pada jalur perdagangan India-Cina. 

2) Sriwijaya telah menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra sebagai pusat perdagangan. 

3) Hasil bumi Sriwijaya dan sekitarnya sebagai mata perdagangan yang berharga, terutama rempah-rempah dan emas tersedia banyak.

c. Aspek kemunduran Kerajaan Sriwijaya 

Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sekitar abad ke-12. Faktor penyebabnya sebagai berikut:

1) Faktor geologis Kota Palembang makin jauh dari laut akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai-sungai lainnya. 

2) Faktor ekonomi Pendapatan Sriwijaya dari pajak mulai berkurang karena kapal dagang yang datang ke Sriwijaya makin berkurang. 

3) Faktor politik Perekonomian Sriwijaya mengalami kemunduran dan makin lemah yang menyebabkan Sriwijaya tidak mampu mengontrol lagi daerah kekuasaannya. Akibatnya, daerah-daerah kekuasaannya saling berusaha melepaskan diri.

4) Faktor militer Sriwijaya mendapatkan serangan militer dari kerajaan lain seperti berikut.

a) Serangan pasukan Dharmawangsa pada tahun 992 M. Serangan ini mengakibatkan daerah Melayu lepas dari Sriwijaya. 

b) Serangan dan Kerajaan Cholamandala pada tahun 1007 M dan 1023 M. Serangan ini mengakibatkan kekuatan armada laut Sriwijaya menjadi lemah 

c) Serangan Raja Kertanegara (Singosan) dalam ekspedisi Pamalayu, tahun 1275 M. 

d) Pendudukan oleh Majapahit sekitar tahun 1377 M. Majapahit berhasil melumpuhkan Sriwijaya dan menguasainya.

Berdasarkan alasan faktor politik dan ekonomi maka sejak akhir abad ke-14 M, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit tahun 1377 M.

 

Post a Comment for "Kerajaan Sriwijaya - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia"