Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kerajaan Kediri - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia

 


Perkembangan agama Hindu-Buddha selama beradab-abad di Indonesia telah meninggalkan berbagai peninggalan, seperti sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu bentuk peninggalan sistem politik masa penyebaran agama Hindu-Buddha adalah berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Buddha. Agar Anda mampu mengidentifikasi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, cermatilah materi berikut ini.

7. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur. Karena Kerajaan Kediri mempunyai dua orang Putra, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua agar tidak terjadi perebutan kekuasaan, yaitu Kerajaan Jenggala yang beribukota di Kahuripan dan Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibukota Daha. Pada tahun 1044 Masehi terjadi peperangan antara Kediri dan Jenggala. Sri Samarawijaya berhasil dikalahkan oleh Garasakan dari Jenggala. Selanjutnya, kerajaan Kediri (Panjalu) tidak tercatat dalam sumber-sumber sejarah untuk sementara waktu. Perebutan kekuasaan antara Jenggala dan Kediri berlangsung hingga tahun 1052 Masehi. Pada tahun itu Raja Mapanji Alanjung Ahyes berhasil menundukkan kerajaan Jenggala. Namun itu tidak lama memerintah karena pada tahun 1959 muncul seorang raja lain, yaitu Raja Samarotsaha yang berkuasa di Kerajaan Jenggala. Setelah pemerintahan Samarotsaha yang berkuasa, kedua kerajaan tersebut tidak tercatat dalam sumber sejarah. Setelah tahun 1116, Kerajaan Kediri muncul kembali di dalam sumber sejarah.

a. Kehidupan politik

Setelah 58 tahun mengalami masa suram, Kerajaan Panjalu (Kediri) bangkit lagi sekitar tahun 1116, Raja yang memerintah antara lain:

1) Rakai Sirikan Sri Bameswara; 

2) Raja Jayabaya; 

3) Raja Sarweswara; 

4) Sri Aryyeswara; 

5) Kameswara; 

6) Kertajaya.

Keadaan politik pemerintahan dan keadaan masyarakat di Kediri ini dicatat dalam berita Cina, yaitu dalam kitab Ling Wataita yang ditulis oleh Chou Ku-fei tahun 1178 dan pada kitab Chufanchi yang disusun oleh Chau Ju-kua pada tahun 1225. Kitab itu melukiskan keadaan pemerintahan dan masyarakat Kerajaan Kediri.

b. Kehidupan ekonomi 

Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman Kerajaan Kediri sangat berlimpah karena didukung oleh kondisi tanah yang subur. Hasil pertanian yang melimpah memberikan kemakmuran bagi rakyat. Pada masa itu, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran antara perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir sudah berjalan cukup lancar. Sungai Brantas banyak digunakan untuk lalu lintas perdagangan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.

c. Kehidupan sosial 

Perhatian raja kepada rakyatnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu. Dalam masyarakat kerajaan Kediri, tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan pangkat dan harta bendanya, tetapi berdasarkan moral dan perilaku yang baik.

d. Kehidupan kebudayaan 

Di bidang kebudayaan, khususnya sastra, masa Kahuripan dan Kediri berkembang pesat, antara lain sebagai berikut. 

1) Pada masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabarata ke dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut kitab Wirataparwa. Selain itu juga disusun kitab hukum yang bernama Siwasasana. 

2) Di zaman Airlangga disusun kitab Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa. 

3) Masa Jayabaya berhasil digubah kitab Bharatayudha oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Di samping itu, Empu Panuluh juga menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya. 

4) Masa Kameswara berhasil ditulis kitab Smaradahana oleh Mpu Dharmaja. Kitab Lubdaka dan Wertasancaya oleh Mpu Tanakung.

e. Kemunduran Kerajaan Kediri 

Pada tahun 1222 M Kertajaya berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan kepada Ken Arok, Akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kediri. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di dekat Desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kediri dan mulai sejak saat itu menjadi bawahan Tumapel atau Singasari.

 

Post a Comment for "Kerajaan Kediri - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia"