Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi C : Islam Masuk Istana Raja - Part 2


 

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Materi : Bab 4 - Islamisasi dan Silang Budaya Nusantara

 

Bagian C - Islam Masuk Istana Raja

Dengan persebaran Islam di seluruh Nusantara sekitara 1300 - 1650 M, konsep baru kerajaan Islam di Indonesia mulai merebak. Mulai dari Sumatra, Jawa, dan kemudian di daerah-daerah lainnya, kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri dan menjalankan segala aktivitasnya.

1. Kerajaan Islam di Jawa

a. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yang pada awal munculnya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam, Sebelum Demak bemama Bintoro yang merupakan daerah bawahan kerajaan Majapahit. Kemudian kekuasaannya diberikan kepada Raden Patah. Salah seorang keturunan Raja Brawijaya V dan ibunya menganut Islam serta berasal dari Jeumpa. Adapun faktor-faktor yang mendorong berdirinya Kerajaan Demak adalah sebagai berikut. 1) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan para pedagang islam mencari 2) Raden Patah, pendiri Demak masih keturunan Raja Majapahit Brawijaya V. 3) Raden Patah mendapat dukungan dari para wali yang sangat dihormati. 4) Banyak adipati pesisir yang tidak puas dengan Majapahit dan mendukung Raden Patah. persingggahan dan perdagangan baru, misalnya di Deman Peranan Kerajaan Demak dalam persebaran agama Islam adalah, 1) Menjadi pusat persebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan oleh para wali. 2) Mengadakan perluasan wilayah di daerah-daerah sekitar pesisir pantai utara Jawa yang kemudian diislamkan melalui pendekatan politik, sosial, dan budaya. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Demak, antara lain Raden Patah (1500-1518); Pati Unus (1518-1521): Sultan Trenggono (1521-1546). Sepeninggal Sultan Trenggono di Demak timbul perselisihan yang berujung pada perebutan takhta kerajaan. Perselisihan itu terjadi antara Pangeran Prawoto dan Arya Penangsang. Pangeran Prawoto dibunuh Arya Penangsang kemudian Arya Penangsang dibunuh oleh Hadiwijaya (Jaka Tingkir).
 

b. Kerajaan Pajang

Setelah Hadiwijaya (Jaka Tingkir) berhasil mengatasi kemelut politik di Demak, la dilantik menjadi raja Demak dengan memindahkan ibu kotanya ke Pajang hingga akhninlya berdiri Kerajaan Pajang. la dilantik meniadi Raja Pajang pada tahun 1568 oleh Sunan Gin. Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya Pajang berkembang dengan pesat. Beberapa alasan Joko Tingkir memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang, antara lain Istana Demak tidak mempunyai nilai magis akibat perang saudara yang berkepanjangan; wilayah Pajang mendekati daerah pertanian yang subur, yaitu Surakarta dan Klaten; Pajang dapat menjauhkan musuh-musuh politik lama Demak; Pajang mendekatkan ke daerah yang mendukungnya, yaitu Tingkir. Keberadaan Kerajaan Pajang tidak bertahan lama. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, di Pajang terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Benawa (Anak Sultan Hadiwijaya) dan Aria Pangiri (Bupati Demak). Pada saat Pangeran Benawa menduduki Jabatan Bupati Demak berusaha merebut kekuasaan Pajang Aria Pangiri berkuasa atas Kerajaan Pajang tahun 1582-1586. Selama berkuasa, tindakan Aria Pangiri amat meresahkan rakyat sehingga memicu rakyat untuk melawannya. Kesempatan ini tidak disia-siakan Pangeran Benawa sebagai pewaris sah Kerajaan Pajang. Pangeran Benawa meminta bantuan Suntawijaya untuk menyerang Aria Pangiri. Serangan tersebut membuat Aria Pangiri tidak berkutik dan menyerah. Pangeran Benawa yang seharusnya berkuasa merasa tidak sanggup menggantikan takhta Kerajaan Pajang kepada Sutawijaya. Oleh Sutawijaya, Kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram pada tahun 1586. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mataram yang bercorak Islam.
c. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam merupakan kolanjutan dari kekuasaan Demak, yang didirikan oleh Sutawijoyo yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo (kepala tentara dan pengatur agama), Panembahan Senopati bercita-cita menjadikan Mataram sebagai pusat budaya Jawa dan agama Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya fersebut, cara yang digunakan dengan melakukan ekspansi wilayah kekuasaan di seluruh Pulau Jawa, kecuali daerah Banten, Blambangan, dan Batavia yang belum dapat dikuasai. Pusat Kerajnan Mataram terletak di Yogyakarta. Raja-raja Mataram Islam antara lain. Panembahan Senopati (1586-1601);
Mas Jolang (1601-1613):
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645). Raja terbesar di Mataram Islam adalah Sultan Agung. Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung. Hal itu dapat dilihat dari kemajuan sektor pertanian. Keagamaan dapat berkembang pesat serta dapat mengatur pemenntahan dengan baik. Sultan Agung juga memelopori pembuatan kalender Jawa yang merupakan penggabungan antara kalender Saka dengan kalender Hijriah. Sepeninggal Sultan Agung, Mataram Islam mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh perang saudara dan beberapa pemberontakan. Perang perebutan mahkota ||I diakhiri dengan. Perjanjian Giyanti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757) yang membagi wilayah Mataram menjadi dua bagian, Bagian barat dibagikan kepada Pangeran Mangkubumi yang diizinkan memakai gelar Hamengkubowono I dan mendirikan Keraton di Yogyakarta. Sebaliknya, bagian timur diberikan kepada Pakubuwono III. Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakata. d. Kerajaan Banten Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang berada di Jawa Barat yang didirikan oléh Sunan Gunung Jati. Raja pertama yang memerintah adalah Sultan Hasanuddin yang berhasil memperluas pengaruh agama Islam di Banten. Kerajaan Banten mampu berkembang pesat, antara lain karena didukung oleh fakta.1) Banten mempunyai komoditas ekspor yang penting, misalnya lada, sehingga menjadi daya tarik bagi pedagang asing.
2) Islamisasi di Banten menjadikan Banten sebagai pusat politik Kerajaan Banten.
3) Banten merupakan pelabuhan penting di Selat Sunda.
4) Pelabuhan Banten memenuhi syarat sebagai pelabuhan yang baik. Persebaran agama Islam yang dilakukan Kerajaan Banten menggunakan pendekatan politik dan ekonomi. Untuk pendekatan politik, dilakukan dengan cara memperluas wilayah kekuasaan Banten dan mengislamkan daerah-daerah yang berhasil dikuasainya, sedangkan pendekatan ekonomi dilakukan dengan cara memengaruhi para pedagang yang berdagang di Banten untuk memeluk agama Islam, sebab Banten merupakan kota pelabuhan yang penting. Di samping Banten, pelabuhan lainnya adalah Jayakarta. Kerajaan Banten mengalami kemunduran sejalan dengan masuknya VOC melalui Perjanjian Banten, di mana Banten kehilangan peranan sebagai pelabuhan yang bebas.


Lanjut ke Part 3 : https://www.perangkatrpp.com/2021/04/materi-c-islam-masuk-istana-raja-part-3.html

Post a Comment for "Materi C : Islam Masuk Istana Raja - Part 2"