Kerajaan Tarumanegara - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia
Perkembangan agama Hindu-Buddha selama beradab-abad di Indonesia telah meninggalkan berbagai peninggalan, seperti sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu bentuk peninggalan sistem politik masa penyebaran agama Hindu-Buddha adalah berdirinya berbagai kerajaan Hindu-Buddha. Agar Anda mampu mengidentifikasi perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, cermatilah materi berikut ini.
2. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanegara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat Pulau Jawa dengan pusat kerajaan diperkirakan terletak di sekitar daerah Bogor sekarang pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui dengan tujuh buah prasasti batu tzi yang ditemukan, kitab sastra, dan beberapa berita dan luar negeri.
Tujuh buah prasasti dari batu yang dimaksud yang merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara sebagai berikut. Prasasti Citarum (Ciaruteun), prasasti Kebon Kopi, prasasti Jambu, prasasti Pasir Awi (Pasir Muara), dan prasasti Muara Cianten (di Bogor); prasasti Tugu (di Jakarta) prasasti Lebak Munjul (di Banten Selatan). Ketujuh prasasti itu ditulis menggunakan huruf Pallawa dengan menggunakan bahasa Sanskerta.
a. Aspek kehidupan politik
Menurut Naskah Wangsakerta yang berasal dari Cirebon, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (352-395). Purnawarman adalah Raja Tarumanegara yang ketiga (395-434 M). la membangun ibu kota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Ibu kota baru itu bernama Sundapura (pertama kalinya nama “Sunda” digunakan) yang artinya kota suci. Lokasi yang bernama Sundapura ini diperkirakan berada pada lokasi yang berdekatan dengan Tugu di Jakarta Utara berdiri atau Bekasi pada era modern.
Purnawarman berhasil membawa Tarumanegara menjadi kerajaan besar. Kekuasaannya membentang dari daerah Bekasi di timur sampai ke Banten Selatan di barat. Raja terakhir Tarumanegara adalah Linggawarman yang kemudian digantikan menantunya, Tarusbawa. Tokoh ini kemudian menghidupkan kembali Kerajaan Sunda yang pernah dikuasai oleh Tarumanegara.
b. Kehidupan sosial-ekonomi
Sebagai kerajaan Hindu yang beraliran Wisnu, Tarumanegara juga menjalankan upacara sedekah dengan menyembelih 1.000 ekor sapi yang diserahkan kepada kaum brahmana. Upacara tersebut dilaksanakan pada tahun 417 M setelah penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga selesai dilaksanakan. Saluran air tersebut memiliki panjang 6.112 tombak atau sekitar 11 km. Kehidupan ekonomi Kerajaan Tarumanegara didasarkan pada bidang pertanian. Menurut catatan Fa Hien pada abad 5 M, aspek kehidupan itu meliputi pertanian, peternakan, perburuan binatang, dan perdagangan.
c. Kemunduran Kerajaan Tarumanegara
Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah raja terakhir Tarumanagara. Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman mempunyai dua orang putri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanegara yang ke-13. Akibat pamor Tarumanegara pada zamannya sudah sangat menurun maka ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di Purasaba (ibu kota) Sundapura. Dalam tahun 670 is mengganti nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Walaupun demikian, para ahli sejarah lainnya juga punya pendapat bahwa Tarumanegara mulai melemah setelah mendapat tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi sekitar abad ke-7 Masehi.
Post a Comment for "Kerajaan Tarumanegara - Munculnya Negara Tradisional (Kerajaan) bercorak Hindu-Buddha di Indonesia"